BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Adanya
bermacam-macam tugas atau pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang,
memerlukan adanya koordinasi
dari seorang pemimpin. Adanya koordinasi
yang baik dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingann yang tidak
sehat dan atau kesimpang siuran
dalam tindakan. Dengan adanya koordinasi
yang baik, semua bagian dan personal dapat bekerja sama menuju ke satu arah
tujuan yang telah ditetapkan.
Kita
mengetahui bahwa rencana atau program-program pendidikan yang harus
dilaksanakan disekolah-sekolah sifatnya sangat kompleks dan mengandung banyak segi yang saling bersangkut-paut satu
sama lain. Sifat kompleks
yang dimiliki oleh program-program disekolah menunjukan sangat perlunya
tindakan-tindakan yang dikoordinasikan. Koordinasi ini perlu untuk mengatasi
batas-batas perencanaan maupun batas-batas personil. Seperti untuk mengatasi
kemungkinan adanya duplikasi dalam tugas, perebutan hak dan tanggung jawab,
ketidak-seimbangan dalam berat-ringannya pekerjaan, kesimpang-siuran dalam
menjalankan tugas dan kewajiban, dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran
dalam penyusunan makalah ini, maka saya merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian koordinasi?
2. Bagaimana karakteristik
koordinasi?
3. Bagaimana syarat-syarat koordinasi?
4. Bagaimana tujuan dari koordinasi?
5. Bagaimana prinsip-prinsip
dalam koordinasi?
6. Apa saja macam-macam koordinasi?
7. Bagaimana cara-cara mengkoordinasi?
8. Apa saja unsur-unsur dalam
koordinasi?
9. Bagaimana manfaat
koordinasi?
10. Apa alat dan teknik
pengkoordinasian?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam membahas masalah ini adalah
untuk mengetahui :
1. Pengertian koordinasi.
2. Karakteristik
koordinasi.
3. Syarat-syarat koordinasi.
4. Tujuan dari koordinasi.
5. Prinsip-prinsip
dalam koordinasi.
6. Macam-macam koordinasi.
7. Cara-cara mengkoordinasi.
8. Unsur-unsur dalam koordinasi.
9. Manfaat
koordinasi.
10. Alat dan teknik pengkoordinasian.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Koordinasi
Pengkoordinasian adalah: “kegiatan
menghubung-hubungkan, menyatu padukan, dan menyelaraskan orang-orang,
tugas/pekerjaan, metode, dan alat-alat dalam hubungan-hubungan yang harmonis
sehingga semuanya berlangsung secara tertib dan seirama menuju kearah
tercapainya tujuan usaha kerja sama dengan efisien.[1]
Koordinasi adalah aktivitas membawa orang-orang,
materiil, pikiran-pikiran, teknik-teknik, dan tujuan-tujuan
ke dalam hubungan yang harmonis dan produktif dalam mencapai
suatu tujuan.[2]
Koordinasi
adalah kegiatan mengatur dan membawa personal, metode, bahan, buah pikiran, saran-saran,
cita-cita dan alat-alat dalam hubungan kerja yang harmonis, saling isi mengisi
, dan saling menunjang sehingga pekerjaan berlangsung efektif dan seluruhnya
terarah pada pencapaian tujuan yang sama.
Pengelompokan
satuan kerja dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi kerja agar diperoleh
hasil yang maksimal dalam usaha mencapai tujuan. Setiap bidang atau satuan
kerja harus bergerak ke arah tujuan yang sama secara serentak. Oleh karena itu
antara unit kerja yang satu dengan yang lain tidak boleh dipisah-pisahkan
secara berkotak-kotak, sehingga timbul perasaan pada para pelaksananya bahwa
unit kerja yang satu lebih penting dari unit kerja yang lain. Sebagai
satu kesatuan setiap unit kerja harus ditempatkan sama pentingnya, karena
masing-masing memberikan sumbangan dalam rangka mencapai tujuan. Salah satu
diantaranya bilamana tidak berfungsi secara baik, maka berarti tujuan tidak
akan tercapai secara sempurna. Oleh karena itulah maka tidak saja
diantara unit kerja, akan tetapi juga antar personal didalam satu unit kerja
dan antar unit kerja yang berlainan harus diselenggarakan koordinasi yang
efektif. Dalam menyelesaikan suatu masalah atau suatu pekerjaan, makin banyak
orang yang ikut serta berarti makin
banyak pula saran, pendapat, inisiatif, idea atau buah pikiran dan
kegiatan-kagiatan yang timbul. Semuanya itu agar tidak bersimpang siur
memerlukan kegiatan koordinasi agar berdaya guna secara maksimal dalam
memecahkan masalah atau melaksanakan pekerjaan seperti tersebut diatas. Dengan
kata lain semuanya harus sejalan dan searah, tidak bertentangan, apalagi saling
jegal menjegal sehingga kemungkinan gagal lebih besar dari pada kemungkinan berhasil.
Koordiansi
yang efektif, menimbulkan kerjasama yang efektif pula sehingga tujuan lebih
mudah dicapai. Setiap personal dan setiap unit kerja harus diberi kesempatan
dan kepercayaan menunaikan tugas masing-masing sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab yang telah dilimpahkan. Tanpa kesempatan dan kepercayaan kepada
pelaksana atau unit pelaksana bahkan pekerjaan akan diselesaikan dengan baik,
organisasi tidak akan berhasil mencapai tujuannya. Sebaliknya memberikan
kesempatan dan kepercayaan tidak berarti setiap personal atau unit kerja
berjalan sendiri-sendiri. Untuk itu agar timbul keserasian dan gerak yang
serempak menuju kearah tujuan yang sama, maka koordinasi antar personal atau
unit kerja mutlak diperlukan.
Di
bawah ini diketengahkan sebuah contoh di lingkungan pendidikan. Suatu sekolah
akan berprestasi baik, bila mana semua guru bekerja sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya. Kemajuan dan perkembangan sekolah itu tidak tergantung atau
hanya disebaban oleh salah seorang guru atau oleh salah satu kelas saja. Semua
guru, semua kelas dan bahkan semua murid ikut menentukan keberhasilan dan
kemajuan sekolah. Dengan kata lain keberhasilan sebuah sekolah tidak sekedar
kepala sekolah atau wakilnya bukan saja karena guru koordinator olahraga atau
guru koordinator kesenian, matematika, dan lain-lain. Keberhasilan itu hanya
terwujud karena kerjasama melalui koordinasi yang efektif diantara semuua unit
atau personal yang ada di sekolah. Semua guru koordinator bidang seperti koordinator
Pramuka, koordinator Usaha Kesehatan Sekolah, koordinator Disiplin Sekolah dan
lain-lain yang tidak langsung berhubungan dengan kurikulum, juga ikut
memberikan sumbangan pada keberhasilan sebuah sekolah. Untuk itu koordinator
tertinggi pada sebuah sekolah berada ditangan Kepala Sekolah sebagai puncak
pimpinan. Kepala Sekolah harus berusaha agar tidak menjadi penonton dalam
kegiatan administratif manajemen di sekolahnya. Demikian pula Kepala Sekolah
tidak boleh membiarkan hanya satu kelas saja yang maju dengan pesat dalam berbagai
bidang, sedang kelas yang lain ketinggalan. Di samping itu tidah seorangpun
guru dapat diabaikan oleh Kepala Sekolah sehingga tidak berfungsi dengan baik
dan lain-lain. Kiranya jelaslah bahwa Kepala Sekolah di lingkungan sekolahnya
adalah orang yang bertanggung jawab atas terwujudnya semua kegiatan dalam
koordinasi yang sebaik-baiknya. Namun tidak berarti semua pekerjaan harus
diselesaikan oleh Kepala Sekolah. Kesempaan dan kepercayaan harus diberikannya
pada semua guru dan pada semua murid agar berprestasi secara maksimal di dalam
tugas masing-masing. Berprestasi maksimal dengan bekerjasama sebaik-baiknya
antara satu dengan yang lain. Oleh karena itulah dapat dikatakan bahwa hanya
dengan koordinasi yang baik tidak akan terjadi hal-hal seperti berebutkan
mempergunakan peralatan atau aula atau lapangan olahraga pada satu saat yang
sama. Sebaliknya juga tidak ada yang mempergunakan peralatan aula atau lapangan
olahraga pada suatu saat yang tepat penggunaannya.[3]
Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar
tugas-tugas yang telah dibagi itu tidak dikerjakan menurut kehendak yang
mengerjakan saja, tetapi menurut aturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian
tujuan. Pada pokoknya pengkoordinasian menurut the Liang Gie merupakan
rangkaian aktivitas menghubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan
oarang-orang dan pekerjaannya sehingga semuanya berlangsung secara tertib dan
seirama menuju ke arah tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacauan, percekcokan,
kekembaran
kerja, atau kekosongan kerja. Menurut Purwanto mengemukakan bahwa koordinasi
adalah aktivitas membawa orang-orang, materiil, pikiran-pikiran, teknik-teknik
dan tujuan-tujuan kedalam hubungan yang harmonis dan produktif dalam mencapai
suatu tujuan. Kata kuncinya adalah membawa organisasi mencapai tujuan dalam
hubungan yang harmonis dan produktif. Dari pengertian ini dapat ditegaskan bahwa
pengkoordinasian dalam satuan pendidikan adalah “Mempersatukan rangkaian
aktivitas penyelengaraan pendidikan dan pembelajaran dengan menghubungkan,
menyatu padukan dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya sehingga
semuanya berlangsung tertib ke arah tercapainya maksud yang telah ditetapkan.
Koordinasi harus dapat meningkatkan kerjasama antara
pejabat dan anggota organisasi semaksimal mungkin pada tataran kantor pendidikan di Departemen Pendidikan, pada tataran
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kemudian koordinasi pada tingkat satuan
pendidikan. Koordinasi pada tiap tataran ini adalah meningkatkan kerjasama
antara mentri, Direktur Jendral, Gubernur, Bupati/wali kota dalam memberikan
pelayanan pada satuen pendidikan, serta kepala sekoplah, guru, konselor dan
petugas sekolah lainnya dalam kegiatan sekolah dan pembelajaran sebagai
kegiatan inti satuan pendidikan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengkoordinasian merupakan
serangkaian aktivitas yang disatupadukan serta menyelaraskan anggotanya dalam
bekerja agar berlangsung secara tertib dan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Organisasi yang
baik menurut segi inovasi memberikan susunan administratif, aturan-aturan, dan
mekanisme pengkoordinasian, yang dibutuhkan untuk memudahkan menjalankan
aktivitas organisasi secara maksimal. Koordinasi dalam operasionalnya adalah
mengerjakan unit-unit, orang-orang, lalu lintas informasi, dan pengawasan seefektif mungkin, semuanya harus seimbang dan selaras dengan
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengkoordinasian mutlak
diperlukan dalam organisasi pendidikan karena dalam organisasi pendidikan ada
pembagian kerja yang amat substansi yaitu pekerjaan
mendidikan dam pekerjaan manajemen pada satuan pendidikan dan manajemen
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai mutu yanbg dipersyaratkan. Setiap
oarang harus mengetahui tugas masing-masing atas dasar ketegasan kewenangan
yang diberikan, sehingga tumpang tindih yang tidak perlu antara satu personal
atau satu bagian denag lainnya dapat dihindarkan, implikasinya manajemen dapat berfungsi secara efektif
dan efisien dan personel melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan
dukungan profesional.[4]
B. Karakteristik Koordinasi
Adapun
karakteristik dalam koordinasi adalah sebagai berikut.
a. Tanggung jawab
koordinasi terletak pada pimpinan
b. Koordinasi adalah kerjasama
c. Koordinasi merupakan proses yang terus-menerus
d. Pengaturan
usaha kelompok secara teratur
e.
Kesatuan
tindakan merupakan inti koordinasi
C. Tujuan Pengkoordinasian
Adapun tujuan dari pengkoordinasian
adalah sebagai berikut:
1. Memecahkan konflik.
2. Integrasi dan sinkronisasi dengan stakeholder.
3. Mengembangkan dan memelihara hubungan yang harmonis.
4. Memperlancar pelaksanaan tugas.

E. Macam-Macam Koordinasi
a.
Berdasarkan ruang lingkupnya.
1)
Koordinasi Intern
Yaitu koordinasi
antar pejabat atau antar unit di dalam suatu lembaga.
2)
Koordinasi Ekstern
Yaitu
koordinasi antar pejabat dari berbagai lembaga atau antar lembaga.
b. Berdasarkan arah kegiatannya.
1)
Koordinasi Vertikal (atasan dan bawahan)
2)
Koordinasi Horisontal (setingkat)
3)
Koordinasi Fungsional (persamaan fungsi dan
kepentingan)
4)
Koordinasi Diagonal (perbedaan fungsi)[8]
F.
Syarat-Syarat Koordinasi
Koordinasi juga harus mempunyai
suatu ketentuan atau syarat untuk mencapai tujuan yang utama dalam suatu
organisasi. Syarat-syarat koordinasi yaitu sebagai berikut:
1.
Pembagian kerja yang jelas dalam organisasi
2.
Membangun semangat kerjasama yang besar.
3.
Tersedianya fasilitas kerja dan kontak hubungan yang
cukup lancar bagi semua pihak dalam organisasi.
4.
Memulai tahapan suatu kegiatan dengan benar dan
mempertahankan kualitas pekerjaan sebagi pekerjaan yang kontinu.[9]
5.
Sense of coorperation perasaan untuk bekerja sama,
dilihat dari bagian per bagian pekerjaan. Dalam syarat ini semua anggota harus
saling menjaga perasaan untuk bekerjasama tanpa adanya perselisihan antar
anggota dalam suatu organisasi.
6. Rivairy
persaingan antara bagian-bagian untuk berlomba mencapai kemajuan. Artinya
setiap anggota bersaing untuk menciptakan prestasi yang terbaik untuk
kepentingan utama dalam suatu organisasi.
7. Team spirit
saling menghargai satu sama lain pada tiap bagian dan saling memberikan
semangat demi kemajuan suatu organisasi, sehingga dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
8. Eksprit de
corps bagian-bagian yang diikutsertakan harus saling
menghargai satu sama lain, umumnya akan
menambah kegiatan bersemangat dalam pencapaian tujuan utama dalam organisasi.
G. Cara-cara Pengkoordinasian
Koordinasi dapat diwujudkan dengan menggunakan
cara-cara antara lain :
1. Pertemuan lengkap, atau rapat pleno lengkap, atau
istilah lain mengenai pertemuan tersebut yang mewakili unit kerja.
2. Pertemuan berkala untuk pejabat-pejabat tertentu.
3. Pembentukan panitia gabungan jika diperlukan
4. Pembentukan badan koordinasi staf untuk
mengkoordinir kegiatan
5. Mewawancarai bawahan untyk mengetahi hal yang
penting berkaitan dengan tugas tanggung jawabnya
6. Instruksi berantai
7. Ada dan tersedianya buku pedoman organisasi dan
tatakerja. Cara-cara ini dilakukan disesuaikan dengan bidangnya kegiatan
kultral organisasi dimana kegiatan itu dilaksanakan.
H.
Unsur-unsur Koordinasi
Adapun unsur-unsur koordinasi yang penting dalam
organisasi antara lain:
1. Ada koordinator yang cukup berwibawa dilihat dari
kedudukan dan pendidikannya untuk mengfungsikan tiap-tiap bagian atau
orang-orang dalam oarganisasi.
2. Ada unit atau orang yang dikoodinasikan yang
sudah ditata yang mampu memberikan sumbangan yang sangat berguna bagi
terwujudnya cita-cita bersama.
3. Ada pengertian timbal balik dari koordinator dan
mereka yang dikoordinir untuk saling menghargai dan saling kerjasama bagi
kepentingan organisasi.
Ketiga unsur tersebut memainkan peran pentingnya
sebagai upaya mengoptimalkan kinerja organisasi sehingga tercapainya tujuan
bersama. Koordinasi yang baik dapat menghindarkan kemngkinan terjadinya
persaingan yang tidak sehat atau kesimpang siuran dalam tindakan. Koordinasi
yang baik menjadikan semua bagian dan personal dapat bekerja sama menuju
kesatuan arah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.[10]
I.
Manfaat Koordinasi
Asas koordinasi dalam suatu organisasi juga sangat
penting terutama untuk menjaga keselarasan, keseimbangan tugas dari
masing-masing bagian dan ketetapan distribusi para pekerja dalam suatu
organisasi. Hal ini dapat menghindari adanya bagian yang kelebihan tenaga
sedangkan di pihak lain ada bagian yang tidak mencukupi petugasnya,
Koordinasi dipandang penting karena memberikan beberapa
manfaat bagi organisasi itu sendiri
antara lain :
1.
Dapat
menghindari perasaan saling lepas antara bagian dan petugas dan suatu
organisasi.
2.
Dapat
menghindari saling mengandalkan posisi dan pertengkaran antara sesama pejabat
dari antara bagian dalam organisasi.
3.
Dapat
menghindari terjadi kekembaran tugas dan kekosongan pelaksana bagian tertentu
dalam organisasi.
4.
Mendorong
pejabat untuk saling bantu dan memberitahukan masalah yang dihadapi kepada
bagian-bagian lain dalam suatu organisasi, dan banyak lagi keuntungan yang
lainnya.[11]
5.
Menghilangkan
dan menghindarkan perasaan terpisahkan satu sama lain antara pengawas, kepala
sekolah, guru dan para personalia.
6.
Menghindarkan
perasaan atau pendapat bahwa dirinya atau jabatannya merupakan yang paling
penting.
7.
Mengurangi dan
menghindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan antar-sekolah atau antara
pejabat dan pelaksana.Menghindarkan timbulnya berebut fasilitas.
8.
Menghindarkan
terjadinya peristiwa menunggu yang memakan waktu lama.
9.
Menghindarkan
kemungkinan terjadinya kekembaran pekerjaan suatu kegiatan oleh sekolah.
10.
Menghindarkan
kemungkinan terjadinya kekosongan pekerjaan satu program oleh sekolah.
11.
Menumbuhkan kesadaran para kepala sekolah untuk saling
memberikan bantuan satu sama lain.
12.
Menumbuhkan kesadaran untuk bekerjasama dalam
menyelesaikan masalah.[12]
J. Alat dan Teknik
Pengkoordinasian
Sebagai
alat dan teknik pengkoordinasian yang dapat digunakan (misalnya oleh kepala
sekolah) antara lain :
1. Mengadakan
rapat guru secara berkala untuk membicarakan program dan pelaksanaan pembelajaran.
2. Mengadakan
rapat koordinasi dengan tenaga administrasi.
3. Mengadakan
rapat gabungan seluruh satuan organisasi/unit kerja yang tergabung dalam
organisasi sekolah.
4. Membuat
buku pedoman kerja atau buku petunjuk pelaksanaan tugas yang lengkap dengan job
diskripsinya..[13]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
ü Pengkoordinasian merupakan serangkaian aktivitas
yang disatupadukan serta menyelaraskan anggotanya dalam bekerja agar
berlangsung secara tertib dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
ü Koordinasi memiliki karakter sebagai berikut: Tanggung jawab
koordinasi terletak pada
pimpinan, koordinasi merupakan proses yang terus-menerus, pengaturan usaha kelompok
secara teratur, koordinasi adalah kerjasama, kesatuan
tindakan merupakan inti koordinasi, dan tujuan koordinasi adalah tujuan bersama.
ü Prinsip dan tujuan dari koordinasi yaitu memecahkan konflik, integrasi dan sinkronisasi dengan stakeholder, mengembangkan dan memelihara hubungan yang harmonis, memperlancar pelaksanaan tugas, dan mencegah persaingan yang tidak sehat. Sedangkan prinsipnya bisa disingkat dengan “KOORDINASI”.
ü Macam-macam koordinsi, bisa dilihat dari segi arah
lingkupnya dan arah kegiatannya.
ü Syarat-syarat koordinasi, antara lain: Pembagian kerja yang
jelas dalam organisasi, membangun semangat kerjasama yang besar, tersedianya fasilitas kerja dan kontak hubungan yang
cukup lancar bagi semua pihak dalam organisasi, memulai tahapan suatu kegiatan dengan benar dan
mempertahankan kualitas pekerjaan sebagi pekerjaan yang kontinu, sense of coorperation perasaan untuk
bekerja sama, dilihat dari bagian per bagian pekerjaan, dan lainnya.
ü Cara
mengkoordinasi, yaitu: pertemuan lengkap, pertemuan berkala, pembentukan panitia gabungan jika diperlukan, pembentukan
badan koordinasi staf untuk mengkoordinir kegiatan, mewawancarai
bawahan untuk mengetahi hal yang penting berkaitan dengan tugas tanggung jawabnya, instruksi
berantai, ada dan
tersedianya buku pedoman organisasi dan tata kerja.
ü Manfaat dari koordinasi, antara lain:
a.
Dapat
menghindari perasaan saling lepas antara bagian dan petugas dan suatu
organisasi.
b.
Dapat
menghindari terjadi kekembaran tugas dan kekosongan pelaksana bagian tertentu
dalam organisasi.
c.
Mendorong
pejabat untuk saling bantu dan memberitahukan masalah yang dihadapi kepada bagian-bagian
lain dalam suatu organisasi, dan banyak lagi keuntungan yang lainnya.
d.
Menghilangkan dan menghindarkan perasaan terpisahkan
satu sama lain antara pengawas, kepala sekolah, guru dan para personalia.
ü Sebagai
alat dan teknik pengkoordinasian yang dapat digunakan (misalnya oleh kepala
sekolah) antara lain :
a.
Mengadakan rapat guru secara berkala
untuk membicarakan program dan pelaksanaan pembelajaran.
b.
Mengadakan rapat koordinasi dengan
tenaga administrasi.
c.
Mengadakan rapat gabungan seluruh satuan
organisasi/unit kerja yang tergabung dalam organisasi sekolah.
d.
Membuat buku pedoman kerja atau buku
petunjuk pelaksanaan tugas yang lengkap dengan job diskripsinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Purwanto M Ngalim,
1981, Administrasi Pendidikan,
Jakarta: Mutiara.
Hadari Nawawi, 1983, Administrasi
Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung.
Sagala Syaiful, 2006, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung:
Alfabeta.
E. Mulyasa, 2002, Manajemen Berbasis Sekolah,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Engkoswara.H, 2010, Administrasi
Pendidikan, Bandung: Alfa Beta.
Nur Hamidi, Handout Administrasi Pendidikan.
https://sumberbelajarsmkn10.wordpress.com/kompetensi-guru/kompetensi-kepribadian/koordinasi/
[1] Nur Hamidi, Handout Administrasi Pendidikan.
[2] Purwanto. M Ngalim, Administrasi Pendidikan (Jakarta:
Mutiara,1981), hlm. 29
[3] Hadari Nawawi, Administrasi
Pendidikan (Jakarta: PT GUNUNG AGUNG,1983), hlm.40-43
[4] Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung:Alfabeta,2006),
hlm.54-56
[5] E. Mulyasa, Manajemen
Berbasis Sekolah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2002), hlm.132-133
[6] Nur Hamidi, Handout, Administrasi Pendidikan.
[8] E. Mulyasa, Manajemen
Berbasis Sekolah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2002), hlm.134
[9] Sagala,H.syaiful,Administrasi
Pendidikan Kontemporer(Bandung:Alfabeta,2009).hlm,56
[12]
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset,2002),
hlm.
134.
[13]
Nur Hamidi, Handout, Administrasi
Pendidikan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon Off Topic